INI BARU BRENGSEK..! PT Sumber Energi Jaya Larang Petani Pergi ke Kebun

RATAHAN, mejahijau.com – Ini baru brengsek..! Manajemen PT Sumber Energi Jaya (SEJ) melarang para petani yang hendak pergi ke kebun mereka.

Puluhan petani berasal dari sejumlah desa di Kecamatan Ratatotok selalu dicegat oleh petugas dari manajemen perusahaan tambang emas tersebut.

Masalahnya, para petani tak punya jalan alternatif selain harus melintasi areal PT SEJ.

“Mereka larang melintas di areal PT SEJ. Padahal tidak ada jalan lain mo sampe ke kebun,” tutur lelaki inisial NT alias Niko, warga salah satu desa di Kecamatan Ratatotok.

Niko yang ditemui redaksi mejahijau.com, Kamis, (23/05/2024), siang itu sedang berteduh di bawa pohon kebun milik warga lainnya.

Wajah Niko tampak kusam. Sorot matanya lelah. Kepala lelaki dua anak ini sesekali tertunduk. Ia lunglai. Tak ada lagi yang bisa diperbuatnya.

“Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka (PT SEJ) mengusir kalau ada warga yang akan melintas. Sudah dua bulan saya tidak dapat ke kebun. Setiap kali ke kebun selalu diusir,” tuturnya.

Niko mengaku, apa yang dialaminya juga menimpah puluhan petani lainnya. Petani-petani tersebut berasal dari desa sekitar, antaranya Ratatotok Satu, Ratatotok Dua, Ratatotok Timur, Ratatotok Tenggara, Moreah, Moreah Satu, dan Basaan.

“Kami tidak diperkenankan melintasi lahan tanah eksploitasi mereka. Mungkin mereka curiga kami akan mencuri sesuatu atau berbuat apalah. Padahal tujuan kami hanya ke kebun untuk mengambil bahan makanan,” aku Niko memelas.

Terpisah, lelaki inisial JW alias Jonathan warga desa lainnya menuturkan, sikap PT SEJ seperti itu rupanya mau membunuh masyarakat.

“Saya dilarang ke kebun milik saya. Itu sama artinya mereka ingin membunuh saya dan keluarga saya. Padahal kami sangat bergantung dari hasil-hasil kebun untuk kebutuhan pokok keluarga,” sebut Jonathan.

Kelakuan brengsek manajemen PT SEJ dibenarkan oleh perangkat salah satu desa di Kecamatan Ratatotok.

“Ada dua warga di desa kami yang mengeluh tidak bisa ke kebun. Setiap kali naik ke kebun, mereka selalu dicegat petugas,” ujar perangkat desa yang meminta identitasnya tak dipublish media ini.

Menurutnya, pemerintah desa sudah berusaha membuka komunikasi tetapi tidak pernah berhasil ketemu dengan manajemen perusahaan pengeruk material logam mulia itu.

Dorang curiga pemerintah desa datang untuk minta bantuan, padahal tidak. Kalau petani dilarang ke kebun, lalu mereka mau hidup bagaimana?,” pungkasnya.(*/tr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *