‘Diserang’ Rica Gorontalo, Gubernur Olly Dondokambey Kelimpungan

MANADO, mejahijau.com – Akhir tutup tahun 2021, harga cabe rawit atau rica melambung gila-gilaan. Dua hari menjelang Natal 25 Desember 2021, harga rica kian pedas bertahan pada level tertinggi Rp 150 ribu per kilogram.

Dan harga tersebut diperkirakan bakal bertahan hingga menjelang tutup tahun, hari Jumat, 31 Desember 2021.

“150 ribu satu liter, ini rica Gorontalo. So bagitu depe harga!,” kata Udin, pedagang cabe rawit di Pasar Bersehati, Jumat sore, 24 Desember 2021.

Harga tersebut berlaku sama dengan harga di Pasar Bahu, Pasar Paal Dua, Pasar Wanea, bahkan Pasar Bobo di Kelurahan Bailang.

Bahkan di pasar-pasar tradisional di wilayah Kabupaten Minahasa, Ratahan, Tomohon, Bitung, Airmadidi harga rica rata-rata Rp 150 ribu per kg.

Sebenarnya tanda-tanda harga cabe rawit akan naik terpantau mulai tanggal 15 Desember dari harga Rp 80 ribu per liter, kemudian terus merangkak hingga 150 ribu per liter hingga puncaknya 24 Desember 2021.

Melejitnya harga rica memantik keluhan warga kristiani yang merayakan Natal 25 Desember 2021 dan Tahun Baru 1 Januari 2022.

“Rica 150 ribu?! Kalah-kalah harga cingkeh,” jerit Julia saat tahu harga rica terkini.

Harga rica senilai itu, kata dia, menjadi bukti bahwa pemerintah tidak serius melindungi kebutuhan masyarakat.

“Kong (Lalu) pemerintah ada kerja apa selama ini?!,” sergahnya.

“Masyarakat masih terbeban dengan situasi pandemi Covid-19, harus juga berhadapan dengan harga rica yang tinggi,” kata Julia mengeluhkan.

Menurut dia, pemerintah sepertinya tak siap memberikan pelayanan maksimal terutama dengan memproteksi harga pasar kebutuhan menjelang Natal dan Tahun Baru.

“Untuk apa operasi pasar, kalau harga seperti sekarang ini. Contohnya dari harga rica, bawang merah dan lain-lain, ternyata tidak dapat dikendalikan,” pungkasnya.

Harga rica yang tak terkendali, memaksa Institut Lembang Sembilan (IL-9) mengeluarkan tanggapannya.

“Pak Gubernur Sulawesi Utara seharusnya jauh-jauh hari sudah mengevaluasi kinerja bawahannya. Harga rica sedemikian tinggi ini, membuktikan bahwa program kerja beliau khususnya di bidang pertanian sama sekali tidak jalan,” kata Jurubicara IL-9, Harianto SPi.

Menurutnya, Gubernur Olly Dondokambey membutuhkan SDM yang mampu mengejawantahkan program-program gubernur dan wakil gubernur untuk dapat diwujudnyatakan kepada masyarakat.

“Masyarakat lihat hasil kerja, bukan hanya konsep melulu,” katanya.

Tingginya harga cabe rawit, kata Harianto, menjadi pemicu lajunya inflasi, dan itu dapat memberi dampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah ini.

“Itu karena ketergantungan terhadap rica Gorontalo setiap tahun sangat tinggi. Lalu apa penyebabnya sehingga kita di Sulut tidak dapat memproduksi cabe sendiri?!,” kilahnya.

Menurut Harianto, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Pemprov Sulut dalam hal ini tak mampu melakukan pengembangan program hortikultura sehingga harga rica waktu-waktu tertentu menyiksa masyarakat.

Pada bulan April 2021 lalu, mendadak harga naik Rp 100 ribu per kg. Kala itu Gubernur Olly Dondokambey mengajak masyarakat giat menanam rica di pekarangan rumah masing-masing.

“Kalau begitu, Dinas Pertanian dan Peternakan kerjanya apa sampai-sampai gubernur harus turun kemasyarakat meminta tanam rica di pekarangan masing-masing?!,” tandas Harianto.

Sayangnya Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, hingga berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi. Sejak tanggal 23 Desember, puluhan truk muatan rica asal Gorontalo membongkar muatan di Pasar Bersehati, Pasar Paal Dua, Pasar Wanea.

Menurut pengusaha yang namanya enggan dipublish, harga rica di Kota Manado dan sekitarnya jauh lebih baik dibanding dengan harga jual di daerah lain. Olehnya, dia akan terus mengsuplai kebutuhan rica di daerah ini hingga akhir tutup tahun.(*tim redaksi)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *