Proyek 900 Juta Penunjang Pariwisata di Kelurahan Rurukan Tampak Mubazir

TOMOHON, mejahijau.com – Proyek pembangunan fasilitas penunjang pariwisata di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon tampak mubazir.

Sejak proyek tuntas dikerjakan tahun 2019 lalu, terpantau hingga saat ini proyek tersebut tak memiliki nilai manfaat sama sekali. Pasalnya, warga baik wisatawan lokal maupun masyarakat dari luar enggan berkunjung di lokasi tersebut.

Jefry warga masyarakat kota Tomohon menyatakan, dirinya bingung melihat bangunan yang terletak di pinggir jalan masuk ke Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur. Entah fungsi bangunan sebagai apa, karena tidak ada papan nama di halaman depan bangunan.

“Tidak ada papan nama, masyarakat juga enggan memanfaatkan bangunan lantaran fasilitas tidak menunjang. Bahkan toilet saja tak berfungsi,” tutur Jefry terheran heran.

Dia mengurai, jikalau lokasi itu merupakan resting area tak mungkin karena tidak ada fasilitas tempat duduk untuk beristirahat pengunjung. Begitu juga misalkan untuk lokasi pariwisata apa yang perlu disaksikan, lokasinya tidak sesuai dengan peruntukkan.

Hasil amatan wartawan media ini, bangunan yang menelan 900 juta rupiah itu adalah fasilitas penunjang pariwisata yang dikerjakan tahun 2019 silam menggunakan APBD Provinsi Sulut.

Sementara Dinas PUPR Provinsi Sulut merupakan Satker tapi setelah dua tahun berlalu terpantau proyek memang benar-benar mubazir.

“Alangkah baiknya pemerintah sebelum mengerjakan proyek lebih dahulu mengkaji dengan matang manfaat proyek setelah selesai. Begitu juga penetapan lokasi berpengaruh supaya bermanfaat bukan proyek mubasir,” beber Jefry.

Diketahui Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulut beserta Dinas PUPR beberapa tahun belakangan ini gencar membangun fasilitas penunjang pariwisata di sejumlah lokasi wisata, misalkan Bukit Kasih di Kecamatan Kawangkoan Barat, Sumaru Endo di Kecamatan Remboken, hingga sejumlah lokasi wisata di tepian pantai.

Hanya saja niat baik pemerintah untuk meningkatkan jumlah kunjungan turis lokal maupun turis dari luar daerah, tampaknya tak dibarengi kajian matang serta penetapan lokasi sesuai peruntukan.(ferry lesar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *