Perajin Gerabah Merana, Produksi Keramik Desa Pulutan Anjlok Turun

TONDANO, mejahijau.com – Dampak pandemi Covid-19 dirasakan berbagai sektor kehidupan tanpa terkecuali industri gerabah, andalan desa Pulutan kecamatan Remboken, Minahasa.

Sejak negara ditetapkan status darurat virus corona oleh pemerintah, produksi gerabah yang ditekuni warga Desa Pulutan selama puluhan tahun terus mengalami penurunan.

Hukum tua Desa Pulutan Joppi Ngeloh di pos pencegahan covid-19 desa Pulutan, Senin, 20 April 2020, siang, mengakui kalau produksi gerabah khususnya keramik turun drastis.

“Produk yang tadinya di pesan, akhirnya tidak ada lagi. Padahal biasanya permintaan sangat banyak apalagi saat perayaan hari raya Idul Fitri atau hari raya gereja,” ucap Joppi Ngeloh.

Lanjut dikatakan Ngeloh, sekitar 80 persen warga desa Pulutan menggantungkan hidupnya pada usaha pembuatan gerabah khususnya keramik.

Dan biasanya momen hari raya keagamaan adalah waktu “panen” para perajin gerabah dalam pembuatan keramik dari bahan dasar tanah liat.

Di masa darurat bencana non alam Covid-19, tambahkan Hukum Tua Joppi Ngeloh, pemerintah desa menghimbau warga untuk tetap bekerja di rumah walaupun permintaan menurun.

Dia bahkan menganjurkan warga di desanya untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam.

Sementara amatan redaksi mejahijau.com di rumah warga, tampak alat-alat produksi gerabah terlihat dibiarkan pemiliknya.

Aktifitas pembuatan gerabah seperti keramik, anglo, pot bunga, tempayang dan lain-lain, tidak lagi dikerjakan warga.(herdy mendur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *