Virus Corona!? Mari Belajar dari Tiongkok

(Penulis: Oktavianus Maradia, ST.MCS.IBO)

DALAM hal menangani penyebaran Virus Corona (n-CoV 2019), Indonesia seharusnya belajar dari Negeri Tirai Bambu, Tiongkok.

Sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menetapkan n-CoV 2019 sebagai wabah global yang harus diwaspadai, negara Tiongkok telah menyadari bahwa n-CoV 2019 adalah super-patogen mematikan, tanpa ampun, tanpa terdeteksi sangat masif penyebarannya dalam menyerang umat manusia. Masifnya tingkat penyebarannya bakh angka-angka eksponensial dari satu berlipat dua, empat berlipat delapan dan seterusnya.

Sontak saja negara komunis itu langsung menerapkan Darurat Militer, dimana segala sesuatunya dalam kendali dan penanganan paramiliter yang tentunya bersinergi dengan pemerintahannya.

Teknik isolasi dan pembatasan kegiatan hanya di rumah, menjadi pilihan yang sangat solutif dan terbukti berhasil sampai hari ini.

Negeri itu dianggap mampu oleh pemerintahannya dalam menekan angka kematian penduduk yang terinfeksi n-CoV 2019.

Melihat kondisi terdampak parah tersebut, paramiliternya dianggap sangat serius dalam menagani wabah ini, hanya dalam kurun waktu 9 hari kerja bisa membangun rumah sakit gawat darurat dalam penanganan n-CoV 2019 diatas lahan kosong seluas 25 hektar karena mereka telah menyadari betul apa yang akan terjadi nanti.

Dalam pidato presidennya, negeri Tiongkok mengeluarkan aturan baku bahwa setiap penduduk kota Wuhan di Provinsi Hubei hanya diperkenankan keluar rumah dengan toleransi kurang lebih 200 meter sampai 400 meter dari rumah mereka masing-masing.

Tidak diperkenankan pergi bekerja di kantor, kegiatan belajar mengajar diberhentikan sementara, tidak ada aktivitas olahraga, tidak ada aktivitas keagamaan dan perkumpulan banyak orang.

Yang ada hanyalah kegiatan membeli makanan dan pemeriksaan medis darurat luar biasa. Sehingga kota itu layaknya kota hantu, lumpuh total, dan sistem ekonomi di wilayah itu mati total.

Karena belum ditemukannya vaksin penyembuh n-CoV 2019 maka angka kematianpun terus bertambah seiring bertambahnya penduduk kota itu terinfeksi super virus tersebut.

Ketika Negeri Tiongkok mengalami depresi sosial paling ekstrim, penurunan sistem ekonomi yang signifikan akibat virus ini, banyak Negara malah masih sibuk dan berleha-leha dengan urusannya masing-masing yang seharusnya memblokir sementara sampai batas waktu tertentu setiap kegiatan yang berhubungan dengan Negeri Tiongkok baik dalam hal Pemerintahan, Hukum, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya dan lain sebagainya.

Namun walaupun demikian, ada-ada saja alibi dan alih-alih kepentingan dan kebijakan tolerir dan keteledoran dari Pemerintah Negara lain dengan Negeri Tiongkok itu sehingga menjadi CIKAL BAKAL BIBIT VIRUS BERBAHAYA itu menyebar di wilayah berbeda teritorial contohnya saja seperti Negara Korea Selatan, Jepang, Iran dan Italia.

Itulah sebabnya banyak dari kita TERLAMBAT MENYADARINYA dan mengerti dan paham betul secara ilmiah serta logis dari virus penyebab kematian 4 Ribu lebih dan menginfeksi 120 Ribu lebih jiwa umat manusia serta menyebabkan kelumpuhan ekonomi global sehingga merugi sampai 5 ribu triliun rupiah per harinya.

Me-lockdown kota seperti di Negera Italia dan Filipina bukanlah solusi jitu seperti yang dibuat oleh Negeri Tiongkok, me-lockdown negara ibarat seperti halnya memelihara virus menyebar dan menginfeksi seluruh penduduk didalam kota itu.

Seharusnya pemerintah mengambil langkah preventif yang bersifat darurat, mitigasi dengan mengisolasi penduduknya dengan tidak berkeliaran keluar rumah di kota itu justru mejadi yang terpenting, namun aktivitasnya di alihfungsikan menjadi aktifitas ketat paramiliter dalam hal medis, komsumsi dan logistik.

Pemerintah negara ini seharusnya mengisolasi Jakarta, ibukota negara, dan memberlakukan Darurat Militer sebagai langkah preventif dan memitigasi penduduknya dengan aturan aksi tidak keluar rumah dengan toleransi keluar rumah hanya 200-400 meter atau pemberlakuan tahun lahir sebagai syarat keluar rumah selama seminggu seperti yang diterapkan Pemerintah Korea Selatan untuk belanja makanan di pasar atau swalayan.

Artinya, ketika satu penduduk positif terjangkit n-CoV 2019 terjadi di Kota Jakarta maka semua warga Jakarta ataupun orang yang terjebak berada di kota itu tidak diperkenankan keluar dari wilayah Jakarta baik dengan sistem mobilisasi lewat darat, laut dan udara sekalipun. Sehingga memungkinkan penyebaran n-CoV 2019 bukan bertambah akan tetapi terminimalisasi dan ditekan angka penyebarannya.

Lain dulu lain sekarang, alih-alih bahwa n-CoV 2019 tidak bisa bertahan pada suhu temperatur tertentu, sebagai wilayah teritorial tropis ekuator, sebagai lajur matahari mengintari negara katulistiwa, namun hari ini sudah ada BIBITNYA yang merupakan embrio yang siap mengentas merebak tak terkirakan. Masivnya penyebaran virus ini di negara kita sudah mulai mengalami peningkatan presentasinya mulai dari positif 1,2,4,6,12,19,49,69 sampai 117 pasien dengan angka terinfeksi dan kematian yang terus bertambah hanya dimulai dari Ibukota Jakarta, seiring berjalannya waktu, hari ini sekira 8 Kota Besar termasuk Ibukota Sulawesi Utara, Manado, kota kita telah terpapar jahatnya virus ini.

Sekarang, Kota Manado mengkonfirmasi n-CoV 2019 telah menginfeksi penduduknya dengan rekam jejak perjalanan keagamaan dari negara sahabat, akankah kalimat “positif terjangkit” terus bertambah layaknya sistem eksponensial 1,2,4,8 dan seterusnya? Akankah ada kota lain yang nantinya menjadi modeling dari 8 kota yang terkontaminasi itu?

Semuanya adalah misteri Ilahi yang tergambar ‘kasat mata’ didalam setiap diri kita sebagai penduduk kota yang mau dan saling memberi informasi valid yang bisa membantu orang lain untuk waspada dan tidak berleha-leha terhadap penyebaran virus ini. Mitigasi pemerintah daerah harusnya lebih relevan dengan situasi saat ini, memberi informasi medis serta penerapannya, melakukan aksi tidak keluar rumah, menghindari tempat umum dan keramaian yang nantinya hal-hal itu bisa menangkal penyebaran virus corona yang barang tentu kita juga harus menjaga vitalitas tubuh agar tetap sehat sehingga sistem imunitas tubuh kita bisa menolak n-CoV 2019 tersebut masuk menginfeksi didalam tubuh kita.

Diketahui, Novel Corona Virus Disease 2019 atau disebut Covid-19 adalah suatu penyakit pneumonia, atau penyakit pernapasan akut menular yang disebabkan oleh infeksi n-CoV 2019 didalam tubuh manusia.

Menurut WHO, COVID19 bukan sekedar wabah yang terjadi di Tiongkok, namun telah meningkat statusnya menjadi Pendemik pada 100 lebih negara didunia termasuk Indonesia.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *