MANADO, mejahijau.com – Pemikiran politik kalangan milenial terhadap dunia politik terbilang lugas dan kritis. Pandangan-pandangan politik dibarengi semangat berpikir dengan karya-karya mereka, sontak menjadi spirit sekaligus penambah gairah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal itu tercermin dari sosok Adrian Jopie Paruntu (AJP) saat bersua dengan redaksi mejahijau.com di salah satu rumah kopi di Kota Manado, Jumat (01/03/2019).

Calon Anggota DPR-RI nomor urut 4 dari Partai Golkar asal daerah pemilihan Sulawesi Utara (Sulut) yang kian metereng ini memaparkan secara lugas seputar dirinya terjun ke kancah politik di daerah ini.

“Sebenarnya saya kesal dipandang sebagai politisi pemula meskipun ‘iya benar’ saya muka baru dalam kancah politik Sulawesi Utara. Tetapi apa itu politik yang sebenarnya, saya sudah pahami dari buku-buku politik dan buku-buku kemasyarakatan peninggalan Opa (almarhum Prof Jopie Paruntu) dan juga buku-buku mama saya,” ungkap Adrian.

Adrian juga menyentil soal politik praktis, peran generasi milenial dalam bernegara dan politik kekuasaan. Kita harus ingat, bahwa politik itu adalah peluang dan kesempatan untuk berbuat yang terbaik.

“Hakekat politik itu cuma satu, yaitu kekuasaan. Ketika kita dipercaya mengelola kekuasaan, maka tugas kita juga cuma satu, yaitu berbuat baik kepada si pemberi kekuasaan, yaitu rakyat,” urainya.

Dengan air wajah serius, Adrian menepis selentingan dirinya politisi instan ciptaan Ketua DPD Golkar Sulut Dr Christiany Eugenia Paruntu SE yang juga Bupati Minsel dua periode.

“Saya mau jelaskan ya. Sukses tidaknya seorang pembalap mobil seperti saya, atau hidup-mati, atau kalah-menang, itu ditentukan oleh keputusan kita sendiri. Dan saya terjun ke dunia politik, itu karena kemauan saya sendiri, bukan oleh siapa-siapa. Kalau dorongan dari mama saya, iyaa ada. Tetapi keputusannya kan kita sendiri,” ungkap Adrian sembari tersenyum.

Menurut lelaki yang kian digandrungi kalangan pemilih milenial ini, bahwa berpolitik harus transparan dan kedepankan kemandirian dalam mengambil sikap dan keputusan.

Hanya saja, bincang-bincang untuk mengenal lebih jauh sosok putra terkasih Bupati Minsel ini terhenti gara-gara ia harus mendatangi pertemuan dengan konstituennya.

“Waduuuh, maaf pembicaraan ini hangat dan sangat menarik saya. Tetapi menyesal terputus karena saya ada janjian pertemuan ya?!,” kata Adrian mengakhiri.(arya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *