Sampah Plastik Ancaman Serius Populasi di Laut

JAKARTA, mejahijau.com – Membuang sampah palstik di laut, Bicara soal sampah di (plastik) di laut, Indonesia penyumbang terbesar kedua setelah Tiongkok.

Fakta itu hasil riset sekelompok ilmuwan yang kemudian mempublikasikan pada Science tahun 2016 lalu.

Fenomena ini menjadi pembahasan serius dalam forum konferensi anggota PBB tentang Keanekaragaman Hayati atau UN Biodiversity di Sharm El Sheikh, Mesir, 19-29 November 2018.

“Limbah dari mikroplastik ini akan dibahas dalam forum dengan tema Ecologically or Biologicaly Significant Marine Areas (EBSAs), itu dimulai Senin 19 November,” kata Hagi Yulia Sugeha, delegasi Indonesia dari Pusat Penelitian Oceanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kepada wartawan di Mesir, Sabtu (17/11/2018).

Dilansir beritagar.id, Yulia Sugeha mengatakan, Indonesia diminta menyampaikan kondisi biodiversitas terkini dalam Konferensi Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati itu, termasuk sampah dan dampaknya terhadap ekosistem laut, serta mangrove di pesisir laut.

Persoalannya, lanjut Yulia, limbah plastik sangat rentan terhadap kelangsungan ekosistem laut seperti terumbu karang dan seagrass (lamun).

Ukurannya sangat kecil dan mudah dimakan biota laut sehingga mengancam populasi biodiversitas sekitarnya.

Hasil kajian sementara LIPI, lanjut dia, beberapa biota laut terpapar mikroplastik. Misalnya ditemukan mikroplastik pada perut fosil hidup atau ikan purba di laut Bunaken, Sulawesi Utara. Juga kerang hijau di Teluk Jakarta yang terpapar logam berat, termasuk ikan Tuna di beberapa perairan di Indonesia.

Sejauh ini sampah plastik dan mikroplastik belum berdampak pada manusia meski sudah terpapar ada ikan yang mengkonsumsinya. Juga belum ada laporan penduduk Indonesia yang meninggal karena mengkonsumsi ikan yang terpapar mikroplastik.

Meski begitu, lanjut Yulia, penelitian LIPI soal pencemaran limbah plastik ini baru sebatas memeriksa ada tidaknya sampah dalam tubuh ikan.

Untuk mengecek seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik itu, lanjut dia, LIPI tak hanya melihat ke manusia tapi juga ke lingkungannya.

“Karena kita tahu di dalam laut itu ada rantai makanan. Dari mikroba dimakan plankton, plankton dimakan ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan besar, dan ikan besar dimakan manusia. Untuk melihat dampaknya itu, kita harus mengecek setiap level dari rantai ini,” imbuhnya.

LIPI sendiri tengah fokus pada etnografi. Antara lain di Teluk Jakarta, Bunaken, dan beberapa perairan di Indonesia Timur.

Secara khusus, wilayah yang diamati ini masuk sebagai kawasan eco-tourism. Asisten Deputi Sumber Daya Hayati Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Andri Wahyono, menyatakan komitmen Indonesia terhadap dampak sampah plastik ini tampak pada beberapa program nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengurangi penggunaan plastik.

Indonesia konsisten mendukung pembahasan isu sampah plastik di laut ini juga terlihat dalam berbagai forum global, termasuk dalam Konferensi PBB di Mesir ini.

Andri yang juga menjadi anggota delegasi Indonesia dalam UN Biodiversity itu menambahkan, pembahasan sampah plastik dan mikroplastik dalam pertemuan tingkat tinggi ini disuarakan Indonesia untuk meningkatkan kesadaran global mengenai perlunya tindakan kolektif dalam mengatasi sampah plastik di laut.(*/arya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *