Festival Pinawetengan 2018 Digelar di Kompleks Pa’dior

TONDANO, mejahijau.com – Ketua Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU) Dr Benny J Mamoto SH MSi membuka Festival Pinawetengan, Sabtu, (07/07/2018). Festival mengusung tema “Merawat Kebhinekaan Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pagelaran diawali upacara adat dan dimeriahkan pawai budaya, atraksi aneka seni tradisional Minahasa, dan Pagelaran Busana (Fashion Show) bercorak kain motif Pinawetengan.

Selain itu, hajatan juga dirangkai dengan peluncuran Kamus Bahasa Pasan Ratahan Edisi ke 2. Peluncuran kamus ini merupakan karya budaya yang tinggi nilainya dan bahkan telah disusun sebagai bahan pelajaran Muatan Lokal (Mulok) untuk sekolah.

“Tema kegiatan kali ini dipilih untuk merespon kembali kondisi terkini bangsa Indonesia yang rentan konflik, berkembangnya paham radikalisme yang menjurus pada disintegrasi bangsa. Ancaman disintegrasi nasional sudah terlalu sering terjadi,” ujar Mamoto saat membawa sambutan didampingi Iyarita Mawardi, istri tercintanya.

Festival Pinawetengan tahun 2018 dipusatkan di Kompleks Pa’dior jalan raya Pinawetengan-Tompaso,  Minahasa. Pa”dior dalam bahasa Totemboan artinya, yang pertama, terdepan, yang juga artinya pelopor. Konsep didirikan Pa”dior untuk edukasi, rekreasi dan budaya.

Di dalamnya mencakup berbagai macam edukasi, seperti museum, pengetahuan tentang bahaya narkoba, museum manguni, kerajinan tenun, beraneka ragam pengetahuan tentang bercocok tanam dan pembibitan, sanggar, pelestarian bahasa daerah, serta budaya.

Telah menjadi tradisi lebih dari satu dasawarsa, pertemuan para tua-tua mengambil tempat di lokasi situs purbakala Minahasa, yakni Watu Pinawetengan dan Watu Tumotowa.

Pada tahun 1888 tepatnya tanggal 7 Juli, ditemukannya kembali situs ini setelah tertimbun tanah berabad-abad lamanya.  Olehnya setiap tanggal tersebut diperingati ditemukannya kembali situs Watu Penawetengan.

Menariknya tanggal 7 Juli sementara didiskusikan di Jakarta sebagai tanggal Hari Bhineka Tunggal Ika.

“Saya yakin kegiatan ini dapat menjadi motivasi dan edukasi kepada para generasi muda yang nantinya akan melanjutkan dan melestarikan. Banyak di antara warga Minahasa percaya, bahwa melalui pendekatan seni budaya kita sendiri maka pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa akan lebih terwujud,” ucap Mamoto.

Pangelaran tahun ini turut dihadiri pemerintah Kabupaten Minahasa, Forkopimda, para Purnawirawan dari empat angkatan,TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU, Kerukunan Kekeluargaan Kawsanua (KKK), Kepolisian beserta para undangan dan pelaku seni yang ada di Sulut.

Hajatan dimeriahkan kepiawayan istri-istri purnawirawan yang memainkn alat musik kolintang dan memperagakan busana tenunan corak Pinawetengan.(arya)

BERITA TERKAIT:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *