Baku Tikam Dalam Sarung Cara Suku Bugis Menyelesaikan Masalah

AMURANG, mejahijau.com – Suku Bugis menyelesaikan masalah dengan saling tikam dalam sarung. Biasanya hadapi permasalahan atau pertikaian bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat oleh adat Suku Bugis.

Namun cara lain menyelesaikan permasalahan bisa jadi diselesaikan dengan cara baku tikam di dalam sarung antara kedua belah pihak atau disebut dengan Sigajang Laleng Lipa.

Prosesinya dua orang berduel dalam sarung menggunakan badik (pisau) untuk menyelesaikan persoalan meski nyawa jadi taruhan. Tetapi sesudahnya, masing-masing pihak yang bertikai tak boleh lagi menyimpan dendam dan amarah. Bahkan kedua belah pihak akan menganggap perkara sudah selesai.

‘Sigajang Laleng Lipa’ merupakan Adat Bugis untuk menyelesaikan sebuah masalah. Perwakilan dua keluarga yang bertikai menyelesaikan masalah dengan saling tikam di dalam sebuah sarung. Penyelesaian dengan cara ini merupakan langkah terakhir jika musyawarah mufakat antara yang bersengketa mengalami jalan buntu.

Saling adu nyawa di dalam sarung ini banyak terjadi pada masa-masa kerajaan Bugis saat sebuah keluarga merasa harga dirinya terinjak-injak. Karena kedua keluarga merasa benar maka penyelesaian terakhir hanya dengan ritual adat Sigajang Laleng Lipa.

Namun seiring kemajuan maka ritual semacam ini telah ditinggalkan masyarakat Bugis Makassar. Kini tradisi baku adu nyawa dalam sarung ini dapat disaksikan melalui pementasan di atas panggung.

Pementasan ini di awali dengan aksi bakar diri meski lengan penari dibakar dengan obor namun para penari tetap tersenyum seolah tak merasakan panas sengatan api. Setelah itu barulah kedua bela pihak diberi mantra oleh tua-tua adat dan melakukan pementasan Sigajang Laleng Lipa.

Adapun nilai-nilai ritual duel satu sarung masyarakat Bugis diartikan sebagai kebersamaan. Sarung menjadi simbol persatuan masyarakat Bugis Makassar. Berada dalam satu sarung berarti masyarakat Bugis berada dalam satu habitat. Sarung yang mengikat bukanlah ikatan serupa rantai yang sifatnya menjerat, akan tetapi menjadi sebuah ikatan kebersamaan antara masyarakatnya.

Sigajang Laleng Lipa ciri khas budaya Bugis Makassar, ketika sebuah perselisihan tak dapat lagi dihindari, maka harga diri harus ditegakkan dengan cara saling adu nyawa.

Menariknya hasil dari adu nyawa di dalam sarung kebanyakan berakhir imbang. Kalau tidak, sama-sama meninggal, atau sama-sama masih hidup meski sekarat dipenuhi tikaman.(aco ismail)

BERITA LAIN:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *