Sulut Belum Ditemukan Kasus Difteri

 MANADO, Meja Hijau – Meski belum ditemukan kasus penyakit Difteri yang menyerang warga, namun Kepala Dinas Kesehatan Sulut dr Deibi Kalalo resmi menyatakan, virus berbahaya dari racun yang diproduksi bakteri corynobacterium diphtheriae itu belum ditemukan di daerah ini.

Dinkes Sulut terus mewaspadai penyakit yang menyerang anak-anak hingga orang dewasa yang diawali infeksi serius. Penyakit ini bila tidak ditangani bisa membawa kematian.

“Sampai saat ini Puskesmas hingga Dinas Kesehatan Kabupaten Kota belum melapor adanya kasus penyakit Difentri,” ungkap dr Deibi kepada wartawan di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, Selasa (12/12).

Penyakit Difteri, kata dia, tanda-tandanya adanya selaput putih abu-abu di saluran nafas dan tenggorokan yang menyebabkan sesak nafas.

Pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten Kota melalui Puskesmas masing-masing, termasuk jalur-keluar masuk seperti bandara Samratulangi dan Pelabuhan serta daerah perbatasan Sulut dengan Gorontalo.

Diketahui Kementerian Kesehatan telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyakit Difteri telah menelan puluhan korban jiwa di 20 provinsi.

Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melapor adanya kasus difteri. Secara keseluruhan ada 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.

Sementara pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11 Provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri, antara lain di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Lanjut dr Deibi, cara menular Difteri antaranya melalui droplet bersin atau batuk penderita. Bisa juga melalui mainan yang telah terkontamisasi baktri, kemudian melalui kontak langsung semisal luka di kulit, atau melalui alas tidur yang telah terkontaminasi bakteri.

“Gejala klinis Difetri antara lain, demam tidak terlalu tinggi (sekitar 38 derajat celcius). Batuk, nyeri dan sulit menelan sampai sesak nafas, keberadaan selaput berwarna putih ke abu-abuan di amandel atau saluran. Pembesaran kelenjar getah bening di leher (bull-neck), serta gangguan irama jantung karena racun yang diproduksi kuman.

“Bila tidak ditangani bakal menyebabkan kematian,” pungkasnya.(arya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *