Polsek Essang Amankan 11 Nelayan Filipina yang Terdampar

MANADO, Meja Hijau – Sebelas nelayan asal Filipina terdampar di Desa Batumbalango, Kecamatan Essang Selatan, Kabupaten Kepulauan Talaud, Jumat malam (15/12). Perahu yang ditumpangi ke-11 nelayan naas ini diduga mati mesin dihantam badai.

“Informasi dari masyarakat setempat, ada pump-boat Filipina yang terdampar di Desa Batumbalango. Personel Bhabinkamtibmas langsung menuju lokasi untuk memastikannya,” ujar Kapolsek Essang, Iptu Hibor Tandea.

Pumpboat penangkap ikan bernama Melati itu, lanjut Kapolsek Hibor, didapati keterangan dari kapten kapal, Romel Dela Cruz, kapal mereka terapung-apung karena mati mesin. Selain ke 11 nelayan, ada dua ABK (Anak Buah Kapal) yang turun ke laut dengan perahu kecil untuk meminta bantuan. Tetapi saat kapal sekitar 35 mil dari daratan Filipina, namun kedua ABK tersebut nasibnya belum diketahui.

Para nelayan asal Filipina ini langsung melapor kepada pemerintah desa Batumbalango serta kepolisian. Bahwa mereka berangkat dari Tawi-tawi, Filipina sejak 17 November 2017 dengan tujuan mencari ikan. Dalam perjalanan kembali ke Filipina pada 12 Desember 2017 lalu, kapal mereka diterjang badai mengakibatkan mesin kapal rusak dan tak bisa diperbaiki.

“Akhirnya mereka terseret sampai di wilayah perairan Indonesia,” terang IPTU Hibor.

Kejadian ini telah dilapor ke petugas Kantor Imigrasi untuk koordinasi dengan Konsulat Jenderal Filipina di Manado, terkait teknis pemulangan kesebelas nelayan.

Berikut daftar nahkoda dan ABK yang terdampar:

  1. Romel L. Dela Cruz, nahkoda (42);
  2. Renante L. Dela Cruz (39 );
  3. Esayas V. Orano (31);
  4. Heronimo L. Dela Cruz (44);
  5. Norman S. Kiraman (22);
  6. Junmar M. Galo (36);
  7. Rotche P. Dela Cruz (23);
  8. Hayme Andog (45);
  9. Elvert Malit (28);
  10. Dudung Dela Cruz (15);
  11. Jerry Dela Cruz (13).

Hal serupa juga dilakukan petugas imigrasi di Miangas, yang berkoordinasi dengan Philipine Liaison Officer di Miangas, jika mereka (nelayan) akan dikembalikan dengan kapalnya semula.

“Tentunya pemulangan melalui jalur laut dinilai sangat praktis dan efisien, baik segi biaya maupun waktu. Apalagi ini masalah kemanusiaan, yakni nelayan yang terdampar karena cuaca buruk dan bisa terjadi kepada siapa saja,” pungkas Kapolsek.(*/vanny)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *