JEG-HH Tekankan Tulude 2018 Tonjolkan Adat Budaya Asli Sangihe

TAHUNA, Meja Hijau – Perayaan adat Tulude pada 31 Januari 2018 mendatang, terus dimatangkan Pemkab Kepulauan Sangihe. Melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Jeffrey Tilaar SE ME, diawali dengan persiapan membentuk panitia pelaksana.

Menariknya, perayaan Tulude kali ini sedianya menampilkan ragam budaya yang tak pernah ditampilkan pada perayaan-perayaan sebelumnya.

“Kami mempersiapkan segala kebutuhan acara Tulude yang akan digelar pada tanggal 31 Januari 2018. Perayaan kali ini bersamaan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Kepulauan Sangihe,” ungkap Jeffry Tilaar, Selasa (19/12/2017.

Lanjut dikatakan, berbagai adat dan budaya Sangihe akan ditampilkan sesuai permintaan masyarakat. Panitia pelaksana sesuai harapan bupati dan wakil bupati terbentuk berasal dari berbagai elemen.

“Untuk hasil yang maksimal, pak bupati dan wakil bupati mengharapkan panitia pelaksana berasal dari berbagai elemen,” kata Tilaar.

Hasil rapat panitia pelaksana sedianya dilaporkan ke pimpinan daerah untuk dipelajari lagi, namun yang pasti perayaan Tulude kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Tidak lagi mengedepankan kemewahan yang terkesan pemborosan anggaran, tetapi pimpinan daerah menghendaki dilaksanakan sederhana dengan menonjolkan ritual yang sakral,” kuncinya sembari meminta keterlibatan semua pihak demi sukses kegiatan tahunan itu.

Upacara adat Tulude ada berbagai konten adat yang biasa disuguhkan. Antaranya pembuat Kue Tamo di rumah seorang tokoh adat semalam sebelum hari pelaksanaan upacara.

Kemudian, persiapan-persiapan pasukan pengiring para penari Tari Gunde, Tari Salo, Tari Kakalumpang, Tari Empat Wayer, Masamper, penetapan tokoh adat pemotong kue adat tamo.

Saat itu juga disiapkan tokoh adat pembawa ucapan Tatahulending Banua, tokoh adat pembawa ucapan Doa Keselamatan, kemudian akan hadir seorang tokoh pemimpin upacara yang disebut Mayore Labo.

Upacara juga akan menyambut kehadiran Tembonang Banua (pemimpin negeri sesuai tingkatan, seperti Kepala Desa, Camat, Bupati, atau Gubernur) bersama Wawu Boki (isteri pemimpin negeri), serta penyebaran undangan kepada masyarakat untuk hadir dengan membawa makanan pada acara Saliwangu Banua (pesta rakyat makan bersama).(nixon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *